Jumat, 02 Juli 2010

Pentingnya Memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta)

“O para bhikkhu, apakah para Tathagata muncul di dunia atau tidak terdapat hukum yang tetap dari
segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa; “Semua yang
terbentuk adalah tidak kekal.”
“O para bhikkhu, apakah para Tathagata muncul di dunia atau tidak terdapat hukum yang tetap dari
segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu bahwa “Semua yang
terbentuk adalah dukkha.”
“O para bhikkhu, apakah para Tathagata muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari
segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa; “Segala sesuatu
(dhamma) adalah bukanlah aku.”
Dhammaniyama Sutta




Saudara – saudara se-Dhamma banyak diantara kita yang tanpa kita sadari terhanyut dalam keadaan
dunia, baik suka maupun duka. Padahal jika kita mau jujur, sungguh singkat usia kita di dunia ini.
Amatlah sayang jika kita gunakan untuk termangu meratapi kesedihan atau hanyut dalam kesenangan
dunia. Banyak orang yang berprinsip hanya mengikuti “arus kehidupan” saja. Orang – orang ini yang
dapat digolongkan ke dalam kelompok manusia yang berpasrah diri dan tidak berusaha merubah
dirinya kearah lebih baik. Sebagian lainnya berprinsip “ hidup semaunya gue” karena mereka berpikir
hidup ini sangat singkat dan hanya satu kali, jadi harus dinikmati semaksimal mungkin. Dua prinsip
hidup ini adalah salah. Mereka yang berpandangan dan berprinsip seperti ini akan menderita dan
mengalami kekecewaan yang mendalam suatu saat kelak. Memang hidup ini singkat tetapi ada satu hal
yang mereka lupa, aspek tilakhana, tiga corak kehidupan.
Manusia hidup dalam kondisi yang serba tak pasti, kadang bahagia, sehat, sukses, terkenal; tetapi
kadang kala menderita, sakit, gagal, dan dihina orang. Sebab itulah kita harus senantiasa sadar, mawas
diri dan waspada terhadap semua kondisi dalam hidup ini. Jangan terlena pada kesenangan dan juga
jangan terlarut dalam kesedihan dan kondisi yang tak menyenangkan, karena semua itu hanyalah
sebuah proses yang pasti akan berlalu.
Ada 3 fase waktu dalam satu masa kehidupan. Masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Untuk dapat senantiasa hidup bahagia, kita harus hidup pada saat ini, bukan pada masa lalu atau masa
yang akan datang. Kita harus menaruh perhatian kita pada detik ini. Kitapun harus senantiasa
menyadari bahwa apapun kondisi yang terjadi dalam hidup ini, semuanya adalah sebuah proses yang
hanya bersifat sementara. Jadi tak ada alasan bagi kita untuk melekatinya, apalagi menjadi takabur
dan sombong karena kesuksesan kita sekarang.
Saat hal – hal yang menyenangkan dan membuat kita bahagia muncul, sadarilah “Semua akan berlalu.”
Demikian juga saat hal – hal yang menyedihkan dan mengecewakan kita muncul, kitapun tidak boleh
hanyut dalam suasana tersebut dan sadarilah bahwa “Inipun akan berlalu.” Proses ketidakekalan inilah
yang dinamakan anicca.
Sifat kedua yang menjadi hal yang dibicarakan pada bahasan tilakkhana adalah dukkha. Dukkha
didefinisikan sebagai semua hal yang tidak memuaskan. Apapun yang kita alami baik kondisi yang
menyenangkan maupun yang mengecewakan semuanya adalah tidak memuaskan. Oleh karenanya
agama Buddha mengajarkan kepada kita untuk bijaksana dalam melihat dan menghadapi kondisi
tersebut. Kita tidak dianjurkan untuk menjadi seseorang yang perfeksionis, yang menuntut segala
sesuatu sempurna sesuai harapannya, hal itu tidak akan dapat dicapai karena sifat dari segala sesuatu di
dunia ini adalah tidak memuaskan.
Sifat ketiga dari segala sesuatu adalah anatta. Anatta diartikan sebagai “bukan aku.” Segala sesuatu itu
berproses tanpa dapat kita kendalikan. Maksudnya adalah segala sesuatu berproses secara alamiah
tanpa ada yang dapat menghentikan atau mengaturnya, siapapun kita. Contoh yang paling mudah
adalah usia tua dan kematian. Siapapun kita, usia tua dan kematian akan datang tanpa pandang bulu.
Kalau begitu, apa yang kita dapat lakukan? Ada beberapa cara untuk menghadapinya, tetapi hal
pertama yang seharusnya dilakukan adalah menyadari dan menerimanya dengan lapang dada. Kita
dapat usahakan agar usia tua dapat dilalui dengan lebih baik, seperti banyak berbuat baik dan menjaga
pola hidup, dan membiasakan diri untuk menabung agar saat usia tua datang kita tetap sehat dan dapat
melakukan kegiatan yang bermanfaat. Sama halnya dengan kematian, kita dapat melakukan kebajikan
agar usia kita lebih panjang, kalaupun kita meninggal, kita meninggal dengan keadaan tenang dan
bahagia. Bukan dalam kondisi tragis dan menakutkan.
Jadi pada intinya kita dapat memperbaiki kondisi yang kita alami bukan dengan cara menghentikannya
tetapi kita dapat melakukan banyak kebajikan agar kondisi baik yang terjadi pada kita dapat bertahan
lebih lama. Namun yang perlu diingat, kondisi baik itu pasti akan berlalu cepat atau lambat. Jadi kita
harus dapat menerimanya dengan bijak.


Artikel ini juga dapat dibaca dalam versi PDF agar lebih nyaman dibaca. Klik link ini untuk mendownload versi PDF - nya:

  http://www.ziddu.com/download/10529214/PentingnyaMemahamiTilakhana.pdf.html


Salam Metta,
Wahyu Leman
Penulis