Kamis, 30 September 2010

Pentingnya Memiliki Mata Pencaharian Benar

Pekerjaan bebas dari pertentangan
Itulah Berkah Utama
Manggala Sutta


Saudara/i se-Dhamma, kita hidup sebagai manusia sesungguhnya tak dapat hidup layak
tanpa memiliki apa yang disebut sebagai mata pencaharian benar. Semenjak kita dilahirkan,
keluarga kita sudah seharusnya memiliki mata pencaharian atau penghidupan. Beberapa problem
muncul akibat pentingnya mata pencarian atau penghidupan ini, diantarannya adalah; mata
pencarian tidak melanggar dhamma tetapi tak mampu memenuhi kebutuhan,dan mata pencarian
dapat memenuhi kebutuhan hidup tetapi bertentangan dengan dhamma.
Untuk kasus pertama, dimana mata pencaharian selaras dengan Dhamma, tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup memang terkadang terjadi. Untuk kasus ini, tidak lain sulusinya adalah
menambah keterampilan & pengetahuan kita guna meraih mata pencarian yang dapat menyokog
hidup kita dan tetap berselaras dengan dhamma ajaran Sang Buddha. Jangan lupakan juga untuk
menjaga sila (moral) dan melakukan kebajikan, terutama dana. Dana sendiri dapat berupa materi
dan nonmateri. Satu prinsip yang seharusnya dipegang adalah jika kita sudah berusaha keras dan
maksimal, maka tak ada lagi hal yang patut kita sesali. Yang perlu kita lakukan, menambah
kebajikan dan lihatlah peluang dengan cermat dan segera teliti apakah jika kita memanfaatkan
peluang tersebut kita melanggar dhamma atau tidak. Jika melanggar, tolak. Jika tidak, manfaatkan
segera. Jangan terlalu lama menunda, karena biasanya peluang itu akan lewat begitu saja. Jika suatu
usaha menunjukkan prospek yang baik dan sesuai dhamma, tekuni saja semampu kita, jangan
terlalu mudah menyerah, karena bukan tak mungkin usaha tersebut mengantarkan kita pada masa
depan yang cerah.
Untuk kasus, dimana mata pencaharian tidak selaras dengan dhamma tapi dapat memenuhi
kebutuhan hidup, ini memang lebih repot, apalagi si empunya jika sudah berkeluarga. Maka akan
timbul pemikiran “Mengapa saya harus mengganti haluan jika dengan mata pencarian (bisnis) ini
saya mampu menghidupi diri dan keluarga saya. Mata pencarian lain belum tentu dapat memenuhi
kebutuhan saya dan keluarga.”
Perlu diketahui, bahwa agama Buddha mengolongkan 5 jenis mata pencaharian ini sebagai mata
pencaharian tidak benar (menurut Dhamma):
1. Memperdagangkan senjata.
2. Memperdagangkan manusia (budak, anak, pelacur, dan organ tubuh manusia).
3. Memperdagangkan mahkluk hidup.
4. Memperdagangkan minuman keras, narkotika dan obat-obatan berbahaya yang dapat
melemahkan kesadaran dan kewaspadaan.
5. Memperdagangkan racun.
Disamping itu ada beberapa jenis mata pencaharian yang sepatutnya kita hindari karena
tidak sesuai dengan dhamma yaitu; menjualproduk bajakkan/membajak dan menjiplak hasil karya
orang lain (dalam bentuk buku, lagu, film, software dan lain sebagainya termasuk melakukan
pemalsuan), berprofesi sebagai rentenir (pemberi pinjaman uang dengan imbalan bunga tinggi),
dan menjual film, buku, gambar, situs serta content porno.
Sekarang, marilah kita tinjau, mengapa kita sebagai umat Buddha sebaiknya menghindari 5
jenis mata pencaharian tidak benar yang telah disebutkan di atas. Memperdagangkan senjata, kita

tahu, senjata adalah alat untuk melukai orang lain, inilah alasan utama mengapa senjata
sesungguhnya tidak boleh diperdagangkan. Memang ada sebagian orang yang beropini, senjata
adalah alat pertahanan diri, tetapi ini tak dapat dibenarkan, karena faktanya, semakin mudah senjata
diperoleh, semakin banyak tindak kejahatan. Lihat saja pada kasus kepemilikan senjata api, yang
memicu tindak kriminalitas, bahkan kekerasan dalam rumah tangga yang berujung maut.
Memperdagangkan manusia, selain melanggar hukum, kegiatan ini juga bertentangan
dengan dhamma. Karena manusia sesungguhnya mempunyai hak asasi yang sama.
Memperdagangkan manusia berarti memposisikan manusia yang satu lebih rendah dari manusia
yang lain dan mengesploitasi manusia. Perdagangan manusia mengkondisikan manusia yang satu
“Membeli” manusia lain dan memperlakukannya semena-mena. Ini tentu tidak sesuai dengan
dhamma dan mengakibatkan pelakunya menerima buah kamma buruk yang amat berat. Termasuk
memperdagangkan organ tubuh manusia, hal ini melanggar hukum dan sungguh tidak sesuai
dengan Dhamma.
Memperdagangkan mahkluk hidup, sama seperti perdangangan manusia, sesungguhnya
semua mahkluk juga memiliki hak hidup yang sama. Perdagangan mengkondisikan manusia untuk
mengeksploitasi makhluk hidup dan itu bertentangan dengan Dhamma. Apalagi jika makhluk itu
dibunuh untuk dijual daging atau organ tubuh lainnya, kamma buruk pelakunya sungguh berat.
Untuk kita yang gemar melepas makhluk hidup, jangan memesan makhluk yang akan kita lepas
kepada penjual hewan hidup, karena hal ini akan mengkondisikan si penjual hewan hidup
menangkap hewan sebanyak yang kita pesan, bahkan lebih banyak. Hal ini tentu berdampak buruk
dan dapat mennyesarakan makhluk hidup. Kita malah terlibat dalam perdagangan makhluk hidup.
Memperdagangkan minuman keras, narkotika dan obat-obatan berbahaya, sama saja
dengan meracuni dan mendidik masyarakat ke jalan salah. Tidak hanya sampai disitu, dampak dari
minuman keras dan obat-obatan terlarang sungguh amat berbahaya, dan memiliki daya rusak yang
besar. Seseorang yang terpengaruh efek minuman keras dan narkotika dapat melanggar pancasila
Buddhis, sehingga dapat merusak masa depan orang yang bersangkutan sekaligus membahayakan
orang-orang di sekitarnya karena orang yang terpengaruh minuman keras dan narkoba dapat berbuat
kejahatan kapan, dimana, dan kepada siapapun. Sekedar informasi, hampir sebagian besar pecandu
narkoba menemui maut karena “Over dosis” dan sulit bagi mereka untuk keluar dari jeratan
narkoba.
Memperdagangkan racun seperti racun tikus dan serangga, pembasmi hama dan rayap,
juga sebaiknya dihindari karena keberadaan racun itu membahayakan dan dapat merampas hak
hidup makhluk lain. Jadi tetap bertentangan dengan Dhamma.
Menjual/membuat produk bajakkan, memalsu produk karya orang lain, adalah melanggar
hukum dan bukanlah mata pencaharian yang benar menurut Dhamma, karena dapat digolongkan
dalam pelanggaran sila kedua yaiitu pencurian ide/gagasan dan karya cipta orang lain tanpa seijin
pemiliknya.
Bermata pencaharian sebagai rentenir dengan menjual (yang berkedok meminjamkan) dana
dengan bunga tinggi dan tak wajar, sehingga menyengsarakan si pembeli (peminjam) dana yang
karena kesulitan ekonomi terpaksa menerima tawaran sang rentenir. Mata pencaharian ini sungguh
menumbuh-kembangkan keserakahan dan kebencian karena menjanjikan keuntungan yang tidak
wajar dan pasti menindas kaum ekomomi lemah yang tak berdaya. Sangat bertentangan dengan
Dhamma yang mengajarkan kita mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.
Menjual segala produk yang bernuansa pornografi dan porno-aksi berarti sama saja mendidik
masyarakat untuk berbuat asusila dan amoral, tanpa disadari, pornografi juga akan menimbulkan
kecanduan. Sungguh buruk dampaknya terutama bagi remaja dan anak dibawah umur.
Jika sesorang mempunyai mata pencaharian sesuai Dhamma, meski ia belum sejahtera
hidupnya, asalkan ia memiliki sila dan perilaku yang baik, tidak tertutup kemungkinan ia dapat
memiliki kehidupan yang makmur di kemudian hari. Karena kekayaan dunia dapat diperoleh dari

berbagai cara. Misalnya dengan menawarkan produk yang dapat bermanfaat bagi banyak orang,
seperti Bill Gates pendiri Microsoft, dan Linus Torvalds penemu Linux Ubuntu. Atau menjadi
konsultan bisnis, atau bekerja pada suatu perusahaan dan masih banyak cara lain yang sesuai
dhamma yang kita bisa lakukan untuk memperoleh penghasilan yang layak. Tetapi memang itu
semua tidak mudah, apalagi persaingan sudah sangat ketat saat ini. Itulah konsekuensi dari
kehidupan kita sebagai manusia.
Sang Buddha sendiri menegaskan, bahwa pelaksanaan sila yang baik dapat membawa
dampak baik yang amat besar bagi kehidupan kita. Dengan melaksanakan sila dapat berakibat
terlahir di alam surga, dengan melaksanakan sila akan berakibat memiliki kekayaan duniawi dan
dengan pelaksanaan sila juga akan mengakibatkan seseorang dapat mencapai nibbana. Karena itu,
rawatlah sila Anda dengan baik. Pada Jalan Mulia Berunsur Delapan Sang Buddha menyebutkan
mata pencaharian benar sebagai unsur kelima, ini berarti mata pencaharian benar juga merupakan
salah satu faktor pendukug untuk mencapai nibbana, sebab itu, kita sebagai umat Buddha sudah
selayaknya memiliki mata pencaharian benar. Semoga pengetahuan dhamma yang saya tulis kali ini
bermafaat bagi kawan-kawan se-Dhamma
Mettacitena,
Jayanto Wahyu Leman
Penulis

Download PDFnya di

http://www.ziddu.com/download/11893590/PentingnyaMataPencaharianBenar.pdf.html