N
|
aluri berteman memang dimiliki oleh
semua orang dan juga merupakan salah satu hak asasi manusia. Namun, sebuah
pertemanan dan pergaulan sosial tidaklah dapat dipaksakan, seseorang berhak
terhadap privasi dan pilihannya untuk bergaul dengan siapapun. Hal inilah yang
menuntut sedikit kearifan kita untuk bersikap bijak. Dari pemikiran dan
pemahaman tersebut, lahirlah sebuah prinsip hidup “Interaksi sosial antar
individu mutlak dibutuhkan, tetapi setiap individu hendaknya dapat hidup secara
mandiri tanpa berharap bantuan dari individu lainnya, setiap individu berkewajiban membantu individu atau kelompok lain
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, tetapi ia sendiri hendaknya mampu
hidup mandiri dan tidak berharap untuk dibantu individu ataupun kelompok
lainnya.” Kalimat prinsip hidup ini sejalan dengan kalimat yang disampaikan
oleh His Holiness Dalai Lama “Bila Anda menolong orang lain, dengan
motivasi dan kepedulian yang tulus, maka akan membawa Anda lebih beruntung,
banyak sahabat, banyak senyuman dan lebih sukses. Jikalau Anda melupakan hak
orang lain serta melalaikan kesejahteraan mereka, maka akhirnya Anda akan
kesepian.”
Ketulusan dalam hal membantu orang
ataupun makhluk lain, amatlah menentukan kebahagiaan dan juga kemajuan batin
seseorang yang membantu. Bila seseorang membantu dengan motivasi bantuan ini
saya lakukan demi menolong dia yang membutuhan serta untuk menunjang kedewasaan
batin saya sendiri (untuk mengurangi egoitas diri) tanpa mengharapkan balas
jasa dalam bentuk apapun dari dia yang menerima pertolongan saya, maka
keuntungan pertama yang diperoleh oleh ia, si pemberi dana adalah rasa plong kelegaan batin setelah melakukan
pertolongan, tanpa disertai pertanyaan apakah ia yang menerima bantuan dari
saya akan mengingat jasa kebajikan yang saya perbuat terhadapnya. Atau, akankah
kebajikan yang telah saya perbuat ini mampu menghasilkan akibat positif saat
saya membutuhkannya. Ini tentu saja mencegah timbulnya perasaan gelisah setelah
berbuat hal yang baik. Mengingat tak semua penerima bantuan mau dan mampu untuk
mengingat dan membalas budi baik orang lain.
Banyak aspek yang harus kita
perhatikan dalam interaksi sosial kita dengan orang lain. Mulai dari aspek kemurahan hati, pelaksanaan
moralitas dan etika sosial, hingga kebijaksanaan dalam interaksi sosial
kemasyarakatan. Satu hal yang perlu ditekankan dalam pembahasan ini adalahkendalikanlah ego dalam diri kita
masing-masing, tidaklah mungkin kita dapat “menguasai serta memiliki” manusia
lain seutuhnya. Janganlah bermimpi untuk memerintahkan orang lain sesuai dengan
keinginan kita atau “semau gue” karena itu tak akan mungkin terjadi. Mereka
menuruti kita hanya karena rasa takut, enggan membantah, karena mungkin kita
memiliki “power” dilingkungan itu atau mungkin mereka tak enak hati untuk
membantah kita karena kita telah menggaji mereka ataupun membantu kehidupan
mereka. Ini tidaklah kekal! Mereka dapat berubah ketika faktor – faktor yang
mereka segani hilang dari diri kita. Jadi satu hal yang harus dicamkan
dalam diri kita masing-masing.
Don’t use power to
manage social live. Use your wisdom to manage it.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam
hal pergaulan dan interaksi sosial, ada beberapa poin penting, yang memelihara
hubungan sosial itu menjadi baik dan awet. Haruslah kita pahami, bahwa motivasi
kita sebagai individu dalam menjalin hubungan dengan individu ataupun kelompok lainnya
adalah untuk mendapatkan manfaat. Jadi jelaslah, bahwa tak ada individu yang
sudi dan bersedia membina hubungan atau melaksanakan tugas dan tanggung jawab
tertentu dari kita, jikalau tak ada manfaat dan keuntungan tertentu yang ia
dapatkan dari membina hubungan ataupun melaksanakan tugas tersebut. Tentu
perinsip ini berlaku pada tatanan masyarakat umum dan tidak berlaku bagi para
ariya puggala (makhluk suci) yang telah membasmi nafsu keinginan dan kekotoran
batin mereka. Biasakanlah untuk memandang dari sudut pandang kedua belah pihak,
pihak kita dan individu atau kelompok lain yang membina hubungan maupun
menjalankan peran, fungsi, dan tugas yang kita berikan, selain bermanfaat bagi saya, apakah hubungan atau
peran ini bermanfaat untuk ia? Apa manfaat yang ia peroleh? Apakah besar
manfaat yang ia peroleh sama dengan manfaat yang saya dapatkan darinya? Apakah
ia mungkin merasa dirugikan?
Faktor resiko saat berkenalan dan
bergaul juga sangat diperhitungkan, secara umum setiap individu, tak mau
mengambil resiko terlalu tinggi saat pertama kali berkenalan dan baru berteman.
Biasanya ini diwujudkan dalam bentuk menutup hal-hal yang bersifat pribadi dari
dirinya. Hal ini sangatlah dapat dimaklumi dan dapat dimengerti, mengingat
banyaknya aksi kejahatan yang justru dilakukan oleh orang yang dikenal. Oleh
karenanya, marilah kita hargai privasi orang lain dengan menghindari pertanyaan yang bersifat pribadi. Itu menurut
pendapat saya sebagai penulis.
Perkembangan
batin manusia yang dinamis juga menepis harapan kita untuk memperoleh teman
serta sahabat yang “abadi.” Tak satu orangpun yang memiliki batin statis,
perasaan, presepsi, pikiran dan kesadaran seseorang selalu berubah dari waktu
ke waktu dan senantiasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat di mana ia
bergaul.Memang benar, kita haruslah membangun hubungan dengan orang-orang yang
berkualitas, agar kehidupan kitapun dapat memiliki kualitas yang baik, namun
hal ini tak dapat dijadikan sebagai jaminan yang “mutlak.” Mereka bisa saja
pergi meninggalkan kita suatu saat, atau bahkan di saat kita membutuhkan
mereka, karena mungkin pandangan dan pola pikir yang sudah tidak sama, atau
sebab lainnya. Bahkan ada yang sampai bermusuhan dan saling menghancurkan.
Tentu, tak semua teman serta sahabat bersikap demikian. Tetapi dalam konteks
bisnis dan kepegawaian, hal ini amatlah lumrah, karena sudah sedemikian
seringnya terjadi. Tentu, sahabat yang mulia akan mengarahkan batinnya ke arah
yang lebih baik dan luhur, namun perlu diketahui, bahwa mengarahkan batin ke
arah yang luhur, lebih sulit dibandingkan dengan mengarahkan batin pada hal-hal
rendah, karena manusia memang memiliki nafsu keinginan yang cenderung
mengarahkannya ke arah yang rendah, buruk dan jahat, laksana gravitasi bumi yang senantiasa menarik objek yang berdiam di atasnya. . Selayaknya kita sebagai manusia,
berusaha untuk melatih diri sekaligus berusaha meningkatkan kualitas diri,
laksana pesawat terbang yang sedang lepas landas. Berikut sejumlah hal yang
patut diingat agar kita tak dikecewakan oleh sebuah hubungan persahabatan:
1. Janji manis sering berujung pada hal pahit
1. Janji manis sering berujung pada hal pahit
Semua orang pada dasarnya memang
menginginkan hal yang baik pada masa depan mereka. Harapan ini pulalah yang
dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mengumbar janji manis untuk mengelabui
dan mempermainkan emosi seseorang, sehingga dapat menuruti kemauannya saat ini.
Hati-hati, jangan terkecoh oleh keluguan dan kepolosan seseorang, sehingga kita
tertipu oleh iming-iming dan janji palsu yang ia berikan. Memang, terdapat pula
orang-orang yang memang berjanji dengan sepenuh hati pada awalnya, tetapi
ingat, apa yang ia janjikan, apakah cukup realistis dengan kemampuan dan kemauan
yang ia miliki saat ini? Pada dasarnya, janji merupakan hal yang sulit
ditepati. Ini berarti, semua orang secara umum, berpotensi mengingkari sebuah
perjanjian. Alasan inilah yang mendasari perlunya pembuatan akta notaris yang
berkekuatan hukum untuk sebuah perjanjian, khususnya dalam dunia bisnis.
2. Uang, tahta dan “cinta” berpotensi membutakan batin semua orang
2. Uang, tahta dan “cinta” berpotensi membutakan batin semua orang
Bohong jika seorang manusia mengaku
tidak membutuhkan uang selama ia hidup di dunia. Hal ini pulalah yang
menyebabkan batin seseorang buta karena uang. Jangan salah, orang salehpun
berpotensi menjadi “buta” batinnya saat ia berhadapan dengan sejumlah uang dan
lengah memperhatikan gerak-gerik batinnya sendiri. Uang memang sangat ampuh
untuk menyulut api kekotoran batin (keserakahan) dalam diri seorang manusia,
sebab memang banyak aspek dalam kehidupan ini yang sangat membutuhkan uang, tak
heran, ada pepatah yang mengatakan “Bisnis
dan uang tidak mengenal saudara dan sahabat.” Pepatah ini memang benar dan
banyak fakta telah membuktikannya, karenanya, selalu buat dan gunakan perjanjian
berlandaskan hukum untuk kegiatan pinjam-meminjam uang, kendaraan, dan harta
lainnya yang bernilai cukup mahal. Termasuk pembagian keuntungan dalam sebuah
bisnis. Buatlah perjanjian dihadapan notaris PPAT sedetail mungkin agar kita
tak menyesal dikemudian hari saat partner kita tak bertindak sebagaimana mestinya.
Setali tiga uang dengan uang dan
bisnis, “cinta” lawan jenis juga
merupakan penyulut api keserakahan dalam diri seseorang, yang dapat membawa
akibat sama fatalnya jika sudah membutakan batin seorang manusia. Oleh
karenanya, membina hubungan dengan pacar maupun berumah tangga juga membutuhkan
pengelolaan yang tidak mudah dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati,
terlebih jika sudah melibatkan pihak ketiga atau yang secara umum dikenal
dengan istilah cinta segi tiga.
Tak jauh berbeda, jabatan dan
kekuasaan juga berpotensi menjadi racun bagi batin seorang manusia. Karenanya,
sebuah sistem hierarki perlu disusun agar setiap level jabatan dapat diawasi
secara terbuka dan dibangun berdasarkan hukum dan peraturan yang memungkinkan
level terendahpun dapat melaporkan penyimpangan yang dilakukan oleh oknum di
level atasnya. Kekuasaan tertinggi juga tidak boleh dimandatkan pada satu
orang, agar tidak terjadi abuse of power.
Tidak ada pula sahabat sejati dan sanak saudara pada persaingan
memperebutkan kursi jabatan. Anggapan ini bukan mengajarkan kita untuk
berprasangka buruk pada seseorang, tetapi menuntut kita untuk senantiasa sadar
dan waspada terhadap siapapun.
3. Yakinlah pada bukti dan fakta, bukan pada manusia semata
3. Yakinlah pada bukti dan fakta, bukan pada manusia semata
Tak kenal, maka tak sayang. Pepatah
ini memang benar, tetapi tidak sepenuhnya benar, faktanya, banyak kasus
kejahatan yang justru dilakukan oleh orang terdekat, bukan orang asing. Fakta ini
membuka mata kita dan mengajak kita untuk lagi-lagi waspada dan menghindari
sikap percaya yang membuta. Kepercayaan layak kita berikan pada seseorang di
saat, kondisi, dan situasi saat ini berdasar fakta yang kita lihat, kepercayaan
itupun sebaiknya tidak kita berikan selamanya pada seseorang, mengingat, sikap
dan kondisi batin seseorang dapat berubah secara dinamis. Jadi tidak ada alasan
bagi kita untuk mempercayai atau tidak mempercayai seseorang selamanya.
Meditasi benar, membantu kita untuk menumbuhkan sikap sadar dan waspada yang
dilandasi dengan kebijaksanaan dan pandangan benar.
4. Orang lain adalah bukan diri kita dan merupakan pribadi yang unik
4. Orang lain adalah bukan diri kita dan merupakan pribadi yang unik
Setiap pribadi merupakan pribadi yang
berbeda dan unik, oleh karenanya, mustahil bagi kita untuk menuntut orang lain
memiliki pribadi yang sama seperti yang kita inginkan. Sisi baik dan sisi buruk
dalam diri manusia pasti ada, dan ingat, orang lain bukanlah robot yang dapat
kita kendalikan secara mutlak. Prinsip ini juga berlaku dalam hubungan antara
orang tua dan anak. Kita hanya dapat mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu
target, mencegah dengan tidak mengkondisikan ia untuk melakukan kejahatan dan
hal-hal yang buruk, serta mengoptimalkan potensi dan hal positif yang ia miliki
dalam dirinya.
Wacana ini saya buat berdasar
pengalaman hidup saya pribadi dan teori dhamma yang saya ketahui, ambilah
hal-hal positifnya dan bila ada hal yang tak sesuai dengan dhamma, buang atau
abaikan saja. Sayapun membuka kesempatan bagi rekan-rekan semua untuk berkomentar,
menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kemajuan kita
bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar