Senin, 10 Mei 2010

Milikilah Rasa Puas Pada Diri Anda



Merasa Puas, Mudah Disokong
Tiada Sibuk, Sederhana Hidupnya
Tenang Inderanya, Berhati Hati
Tahu Malu, Tak Melekat Pada Keluarga (yang bersifat khusus/tertentu)
KARANĪYAMETTA  SUTTA


Tanpa disadari, manusia memiliki nafsu keinginan yang teramat besar. Ribuan bahkan jutaan keinginan kita ciptakan di setiap saat terus menerus silih berganti. Lambat laun jika kita tidak dapat mengendalikan nafsu keinginan tersebut, kita akan dikendalikan oleh nafsu keinginan. Akibatnya? Sudah tentu kita menjadi orang yang tak dapat mensyukuri keadaan bahkan menjadi manusia serakah dan tidak tahu diri. Maksudnya kita menjadi manusia yang tidak dapat mengukur antara kemampuan dan kondisi yang kita “miliki” dengan keinginan yang kita ingin capai. Kemampuan tak sebanding dengan keinginan. Jika nafsu keinginan itu terus diikuti, manusia akan kehilangan kebijaksanaan dan akal sehatnya. Demi mencapai keinginannya, apapun akan dilakukannya walau secara wajar ia tidak dapat mencapainya, ia akan berusaha mencapainya dengan cara yang tidak wajar dan salah.
                Banyak kasus dalam kehidupan sehari – hari yang dapat kita jadikan contoh mengenai hal ini. Tetapi bukan untuk ditiru tentunya. Ada sebagian orang, karena mereka ingin berhasil dalam usahanya maka mereka pergi ke tempat “kramat” lalu meminta “penglaris usaha” pada makhluk jahat tertentu. Makhluk jahat itu menyetujui, dengan satu syarat, meminta “tumbal” manusia. Jika orang itu menyetujui demi mendapat “penglaris usaha” maka baik secara langsung maupun tak langsung orang itu telah melanggar sila pertama Pancasila Buddhis, melakukan pembunuhan makhluk hidup apalagi manusia. Pada kasus lain seorang pegawai jika tak puas dengan gaji yang diperolehnya maka ia bisa saja melakukan tindakkan menyimpang penggelapan dana tertentu misalnya. Dalam kehidupan berumah tangga juga sama. Jika salah satu pihak tak dapat mengendalikan nafsu keinginannya, baik suami atau istri akan berakibat perselingkuhan dan merusak rumah tangga yang dibangun. Bahkan ada sebuah penelitian mengatakan bahwa perselingkuhan terjadi cukup banyak terjadi pada usia pasangan 40-50 tahunan yang mayoritas dilakukan oleh kaum suami yang tak puas terhadap istrinya.
                Ini sungguh memprihatinkan. Jika perceraian terjadi akibat perselingkuhan, disamping kita menyakiti perasaan pasangan kita, tanpa kita sadari anak – anak kita juga menderita bahkan terlantar karena ulah kita. Jadi kita membuat kamma buruk dobel. Betapa berat buah perbuatan buruk yang kita petik nantinya. Tentunya ini tidak akan terjadi jika kita dapat setidaknya mengendalikan nafsu keinginan yang kita miliki dan selalu berjalan sesuai dhamma. Kita seharusnya selalu sadar, mawas diri dan selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki dan kita capai saat ini. Jika hal ini kita lakukan, kecil kemungkinan kita menjadi serakah dan tak tahu diri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah nafsu keinginan yang tak terkendali diantaranya:
ü  Mengerti dan pahamilah bahwa segala sesuatu yang Anda dapatkan tidak lain merupakan hasil dari perbuatan Anda sendiri baik di masa kini maupun kelahiran sebelumnya.
Yakinlah apa yang Anda dapat raih sekarang adalah hasil perbuatan Anda sendiri dan tak mungkin tertukar. Dengan demikian Anda akan merasa puas dan lega karena mengerti dan memahaminya semua itu merupakan “tanaman” Anda sendiri. Jika Anda kurang puas dengan apa yang Anda terima sekarang, perbaikkilah perbuatan Anda agar di masa datang Anda menikmati akibat yang lebih baik. Bukan malah melakukan cara yang salah dan tidak wajar yang tentunya menghasilkan akibat yang tidak baik lagi di masa datang.
ü  Yakinlah bahwa pelaksana sila (aturan kemoralan) akan mendapatkan kebahagiaan dan kekayaan duniawi dan memperoleh kemudahan dalam pencapaian Nibbana.
Dengan melaksanakan sila akan berakibat terlahir di alam surga, dengan melaksanakan sila akan berakibat diperolehnya kekayaan duniawi, dengan melaksanakan sila akan berakibat tercapainya Nibbana (kebebasan mutlak). Bila kita merenungkan kalimat – kalimat ini maka kita senantiasa termotivasi untuk menjaga sila kita sebaik mungkin. Meskipun perlu diketahui bahwa tercapainya Nibbana bukan hanya karena pelaksanaan sila, namun sila yang sempurna menjadi fondasi awal untuk mencapai Nibbana. Mengapa? Karena sila yang baik akan menunjang pencapaian konsentrasi yang amat dibutuhkan dalam meditasi pandangan terang untuk mencapai Nibbana.

ü  Laksanakanlah meditasi pandangan terang
Nah untuk yang satu ini, saya sarankan Anda untuk mengikuti kelas – kelas meditasi di vihara yang terdekat dari tempat tinggal Anda. Sebab meditasi pandangan terang ini amat sulit dilatih tanpa seorang tutor pembimbing meditasi. Meditasi pandangan terang ini sudah dibuktikan sendiri oleh Guru Agung kita dapat melenyapkan nafsu keinginan sehingga tercapailah tingkat – tingkat kesucian dan dapat merealisasi Nibbana. Hati – hati ada banyak sekali jenis praktek meditasi, bahkan ada yang dapat berdampak negatif bagi pelaksananya.

                Merasa puas berarti juga dapat menerima kondisi hidup apa adanya tanpa kegelisahan, keluh kesah dan muka yang masam. Menerima kondisi hidup dengan senang hati. Bagaimanapun juga kondisinya. Ini sangat sulit untuk dilakukan  bagi sebagian besar manusia. Tetapi jika dapat dilakukan maka manusia tersebut akan mengalami ketenangan dan kebahagiaan yang luar biasa tak tergoyahkan.
                Mudah disokong, berarti kita mudah dilayani oleh orang lain, tidak banyak menuntut orang lain, dapat memaklumi kekurangan dari kondisi yang serba tidak sempurna. Jauh dari sifat perfeksionisme, tidak menuntut fasilitas ekstra bahkan memberikan fasilitas ekstra tesebut jika ia punya pada orang lain yang lebih membutuhkan fasilitas ekstra tersebut.
                Tiada sibuk, sederhana hidupnya. Tenang inderanya, berhati –hati, tahu malu, tak melekat pada keluarga (yang bersifat khusus). Orang yang tak terlalu sibuk (tetapi bukan orang yang tak punya kesibukan), biasanya lebih sabar menghadapi sesuatu hal. Hidup sederhana, tidak berlebihan dan berhura – hura (tetapi bukan hidup dengan kekikiran), tenang inderanya dalam arti selalu menjaga inderanya dengan penuh kewaspadaan, selalu sadar, mencegah kekhilafan, berhati – hati selalu menjaga tindak – tanduk dan prilakunya agar tidak menyimpang dari kebenaran. Memiliki rasa malu dan takut untuk berbuat jahat. Dan tidak melekat pada keluarga tertentu, maksudnya tidak melakukan diskriminasi terhadap keluarga tertentu hanya karena keluarga tersebut memberi sesuatu yang spesial kepadanya sehingga ia lebih mengistimewakan keluarga tersebut dibanding dengan keluarga lain. Aturan ini sebenarnya diutamakan untuk para bhikkhu/bhikkhuni agar tak melekat dan lebih mengutamakan suatu keluarga dibandingkan keluarga/umat lain. Contoh idealnya adalah para bhikkhu sangha.
                Setidaknya kita berusaha untuk mengendalikan nafsu keinginan dengan berupaya menjaga tindak tanduk kita agar sesuai Pancasila Buddhis. Hal berikutnya adalah berusaha memahami dan mengerti bahwa segala sesuatu adalah hasil perbuatan kita sendiri baik di kelahiran lampau maupun kelahiran kita yang sekarang.
                Inilah akhir dari artikel dhamma yang saya tulis. Semoga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dan dapat menambah kebijaksanaan dan pemahaman kita terhadap Buddha – Dhamma.

Link download artikel:
Jayanto Wahyu Leman
Penulis




2 komentar:

  1. 2019 ford edge titanium for sale - TITanium Art
    2019 ford edge aftershokz titanium titanium for sale. The titanium tube iconic "Satin" titanium ingot Tribute, titanium body jewelry Tribute, Tribute, Tribute, Tribute, Tribute, Tribute, Tribute, titanium alloy nier Tribute, Tribute.

    BalasHapus