Jumat, 28 Mei 2010

Modernisasi Mengikis Kesabaran



Siapapun yang tidak marah ketika ia disiksa, dihina, dipukul dan dipenjara.
Dengan kekuatan kesabaran sebagai kekuatan dan pasukannya.
Orang seperti itu Aku sebut brahmana sejati.
Dhammapada – Brahmana Vagga ayat 399
Ia yang terbebas dari amarah; dengan tekun melaksanakan kewajiban agama, selalu sadar, selalu tekun berbuat kebajikan, penuh pengendalian diri. Maka kelahiran ini adalah kelahiran terakhir, karena ia telah memutus lingkaran tumimbal lahirnya. Orang seperti itu Aku sebut brahmana sejati.
Dhamapada – Brahmana Vagga ayat 400
            Di era modern saat ini, kita senantiasa dituntut untuk selalu bekerja cepat dalam melakukan berbagai hal. Karena kini orang berkeinginan untuk dapat menyelesaikan sesuatu dalam hitungan detik, khususnya untuk kegiatan transaksi elektronik. Bahkan semua transaksi ini dapat dilakukan tanpa harus keluar rumah, cukup dengan satu sentuhan jari. Semua ini terjadi karena dukungan teknologi terutama teknologi informasi. Tetapi sadarkah kita, kemajuan ini membawa dampak yang buruk jika kita tidak berhati – hati menyikapinya? Kemajuan teknologi memang membawa banyak keuntungan bagi kita, mempermudah aktivitas kita, mempercepat pengiriman informasi dan banyak manfaat lainnya. Namun dampak negatifnya juga ada. Terkikisnya kesabaran dan keuletan pada batin kita.
            Marilah kita lihat contoh kasus sederhana yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari. Ketika kita mengirim pesan sms atau email, kemudian satu menit, dua menit, 15 menit, setengah jam tidak ada sahutan dari pihak penerima pesan, lalu apa yang kita lakukan? Kita sudah mulai berkeluh – kesah, berusaha menelepon tapi tak kunjung diterima. Kita menjadi kesal dan jengkel. Padahal pihak penerima ternyata sedang berada di jalan dan tidak memungkinkan membaca pesan atau menerima panggilan telepon dari kita. Kita baru dapat berkomunikasi dengannya beberapa jam kemudian, sementara kita sudah marah dan jengkel. Tentu saja sikap kita ini dapat mengganggu bahkan merusak hubungan kita dengan orang tersebut. Padahal jika kita mau bersabar menunggu beberapa jam saja tentu hubungan kita dengan orang tersebut tidak akan menjadi buruk. Lagipula, jika kita ingat pada jaman dulu orang berkomunikasi menggunakan media surat menyurat yang membutuhkan waktu lebih lama untuk berkomunukasi sedikitnya 3 hari sampai 1 minggu.
            Jika bersabar untuk kondisi seperti itu saja tidak bisa, bagaimana dapat  menerapkan kesabaran untuk hal yang lebih berat seperti sabar jika mendapatkan teguran/caci maki dari orang lain. Padahal hal ini sangat penting, untuk kemajuan diri kita sendiri. Hal lain yang menuntut kesabaran kita adalah kondisi – kondisi  tertentu misalnya saat tubuh kita sakit, kondisi pasang surut usaha, kondisi ekonomi keluarga yang buruk dan lain sebagainya. Lalu bagaimana cara efektif untuk melatih kesabaran?
  1. Ketahui dan pahamilah bahwa semua hal yang cepat belum tentu baik.
Kecepatan memang baik untuk beberapa hal, tetapi untuk beberapa kasus ketergesaan membawa dampak buruk. Contoh kasus dapat kita lihat dalam proses belajar, mana lebih baik pelatihan yang ditempuh selama 3 hari dengan yang ditempuh selama 3 bulan? Tentu pelatihan selama 3 bulan akan memberi hasil yang lebih baik. Apa sebabnya? Karena dalam pelatihan lama proses dan intensitas pengulangan memegang peranan penting. Semakin lama proses pelatihan (tentunya dalam kurun waktu tertentu) dan semakin sering intensitas pengulangan akan memberikan dampak yang semakin baik untuk sebuah program pelatihan. Kita harus membiasakan diri untuk menikmati proses suatu aktivitas dibandingkan dengan keinginan untuk mencapai dan segera melihat hasil dari aktivitas yang kita lakukan. Tetapi bukan berarti Anda sengaja memperlambat dan bermalas – malasan dalam berkegiatan. Nikmatilah proses kegiatan itu secara wajar, tanpa kita perlambat atau percepat proses kegiatan itu. Hal ini juga akan menanamkan budaya senang bekerja dan dapat menumbuhkan semangat juang yang tinggi.
  1. Cobalah menjadi pribadi yang tenang dan tidak mudah panik.
Saat kita menghadapi suatu masalah yang biasanya relatif serius, usahakan untuk tidak panik, lihatlah masalah tersebut dengan tenang dan seksama. Janganlah mudah panik, karena biasanya saat pikiran kalut, kita tidak bisa memandang masalah secara utuh dan benar. Tenanglah, lakukan identifikasi masalah dengan teliti. Kemudian carilah sebab masalah tersebut. Barulah kita mencari solusi masalah berdasarkan pada sebab masalahnya. Pilihlah alternatif solusi yang terbaik (yang paling kecil resikonya), dan bersabarlah dengan proses penyelesaian masalah tersebut.
  1. Berupayalah untuk selalu tenang dan sabar saat menerima teguran
Saat menerima teguran atau cacian apalagi yang datang secara tiba – tiba tak terduga bahkan dihadapan banyak orang atau teman – teman kita, biasanya kita terpancing marah dan membalas cacian tersebut. Hal ini dianggap wajar oleh sebagian kalangan masyarakat. Padahal sikap seperti ini adalah sangat buruk dan perlu dihindari. Saat menerima teguran dan cacian hal yang patut kita lakukan adalah berusaha untuk menenangkan diri dan merenung, lakukan instropeksi diri dan bertanya kepada diri kita sendiri, atas kesalahan apa kita ditegur dan dicaci maki? Jika kita tidak menemukan kesalahan kita, tanyakan pada orang yang menegur kita atas dasar apa dia menegur atau mencaci maki kita. Perbaiki kesalahan tersebut segera. Jadikan hal ini sebagai mementum perbaikkan diri. Jika ia tidak dapat mengemukakan alasan yang jelas, jelaskan padanya bahwa kita tidak melakukan kesalahan apapun yang menyebabkan kita pantas dimarahi. Terimalah cacian itu sebagai buah dari kamma (perbuatan) buruk yang pernah kita lakukan pada kehidupan lampau sebelum kehidupan ini. Jangan pernah berniat untuk melakukan pembalasan. Ingatlah bahwa akibat dari perbuatan, tidak akan mungkin tertukar baik atau buruk, pasti itu adalah hasil dari perbuatan kita, bukan perbuatan orang lain. Jika kita ingin membalas,  dan memendam dendam  setelah kita dicaci maki atau ditegur (sekalipun dihadapan banyak orang), berarti kita menanam bibit perbuatan buruk yang baru lagi dan itu siap untuk berbuah pada masa yang akan datang.
            Ada beberapa kondisi lain yang memgharuskan kita untuk bersabar dan bersikap tenang. Krisis ekonomi keluarga, sakit yang berkepanjangan, kenakalan anak – anak kita dan masih banyak lagi. Namun satu hal yang kita harus ingat bahwa semua itu hanyalah proses; ada awal, ada puncaknya dan ada pula akhirnya. Kita tentu ingin mengupayakan agar masalah dapat kita akhiri dengan baik. Karenanya tetaplah berusaha untuk tenang, tidak panik, lihat masalah dengan jelas, cari penyebabnya dan carilah jalan untuk melenyapkan/mengatasi penyebabnya. Karena seberat apapun masalah akan selesai jika penyebabnya dilenyapkan/diatasi. Memang ada beberapa masalah yang penyebabnya tidak dapat kita atasi, hanya waktu yang menyelesaikannya nanti. Butuh kedawasaan yang matang untuk kasus yang satu ini. Lakukan diskusi atau konsultasi secara privat kepada orang – orang yang kita anggap tepat untuk meringankan  beban di bathin kita, misal, para bhikkhu atau pandita atau orang – orang yang pernah mengalami masalah yang sama dengan kita. Pilihlah alternatif penyelesaian yang terbaik atas masalah yang kita hadapi tersebut. Semoga artikel ini dapat membawa manfaat dan membantu membimbing Anda dalam menyelesaikan masalah yang Anda hadapi demi mencapai kamajuan diri Anda dan kita semua.

Juga dapat didownload di

Jayanto Wahyu Leman
Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar