Kamis, 13 Mei 2010

Terlahir Di Tempat yang Sesuai Adalah Sebuah Berkah


Hidup di tempat yang sesuai
Berkat timbunan jasa – jasa baik dalam kehidupan yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama
Manggala Sutta

Terlahir sebagai manusia adalah hal yang sangat sulit, apalagi lahir di tempat yang sesuai, sungguh amatlah sulit. Tetapi bukan berarti tidak mungkin terjadi. Jika suatu mahkluk memiliki cukup kamma baik dalam kehidupan sebelumnya, maka mahkluk tersebut dapat terlahir di alam manusia, bahkan di tempat yang baik dan sesuai (menurut dhamma). Apakah yang dimaksud hidup di tempat yang sesuai menurut dhamma?
  1. Terlahir pada keluarga yang baik dan bijaksana
      Dalam kehidupan nyata, kita sering melihat seorang bayi yang terlahir di sebuah keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, menderita kelaparan dan gizi buruk. Ada pula bayi yang terlahir di keluarga yang tidak menginginkan kelahirannya, akhirnya bukan ranjang dan kasur empuk yang menantinya, melainkan tong sampah yang siap menampungnya, atau ia dibesarkan dalam kondisi yang sangat menderita, penuh siksaan dan bahkan tidak mengenyam pendidikan. Pada kasus lain kita melihat fakta yang baru – baru ini terkuak yakni diketemukannya kasus balita perokok, memperihatinkan sekali. Hal ini terjadi karena salah pola asuh orang tua dan pergaulan yang buruk pada lingkungan keluarga. Lalu, bagaimana yang dimaksud keluarga yang baik dan bijaksana itu? Marilah kita mencontoh keluarga guru agung kita Sang Buddha. Beliau terlahir di tengah keluarga yang sangat baik dan bijaksana, di lingkungan kerajaan Kapilavastu yang dipimpin raja yang bijaksana yang tak lain adalah ayah Beliau sendiri. Beliau mendapat pendidikan dan keterampilan yang sangat baik. Bahkan orang tuanya memilihkan calon istri yang terbaik untuk Beliau. Inilah contoh keluarga yang ideal. Tentu sulit, tetapi paling tidak kita terlahir keluarga yang sejahtera, memiliki orang tua yang bijak dan mencintai kita sudah merupakan berkah yang utama dan patut disyukuri. Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang mampu; mencegah anaknya berbuat jahat/buruk/tak berguna, mendorong anaknya berbuat baik/berguna, memberikan pendidikan(moril dan sprituil) dan keterampilan yang cukup untuk bekal masa depannya, membimbing anaknya untuk mendapat pasangan hidup yang baik dan mewariskan kekayaan (materil dan moril) tepat pada waktunya.
2.      Terlahir dan berada pada lingkungan yang baik
          Lingkungan di sekitar tempat tinggal, sekolah atau tempat kerja, juga membawa pengaruh cukup besar bagi kita. Jika orang – orang di lingkungan sekitar kita tak berprilaku baik, kitapun bisa ikut berprilaku tak baik dan sebaliknya. Setidaknya kita harus berada di tengah – tengah orang yang bermoral baik. Lingkungan yang baik juga seharusnya “menawarkan” kesempatan untuk meraih mata pencarian yang sesuai dengan dhamma, yang dapat memenuhi kebutuhan hidup kita sehari – hari.
3.      Berada pada wilayah geografis yang baik, jauh dari bencana alam dan wabah penyakit.
       Sungguh memprihatinkan kondisi para korban gempa bumi besar seperti di Aceh, Padang atau di mancanegara seperti di Haiti. Mereka tinggal di tempat – tempat pengungsian, kekurangan sandang dan pangan dan kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, dan terserang wabah penyakit. Maka berbahagialah kita yang hidup di lingkungan geografis yang baik jauh dari bencana alam dan wabah penyakit. Karena tak satupun orang yang ingin terlahir pada wilayah geografis yang rawan bencana dan terjangkit wabah penyakit, tetapi apa daya, terkadang mereka tak dapat berbuat banyak. Marilah kita senantiasa menanam kebajikan agar dapat terlahir di alam dan kondisi yang baik pada kelahiran yang akan datang, untuk masa sekarang, marilah kita bertekad setelah berbuat jasa – jasa baik, “Semoga saya tidak berada di tempat kejadian saat bencana dan kondisi buruk lainnya terjadi.” Dengan demikian semoga kita senantiasa terhindar dari bencana dan malapetaka lainnya.
Lalu bagaimana kita seharusnya menyikapi kondisi baik yang kita terima dalam kelahiran sekarang? Kita seharusnya memanfaatkan kondisi baik yang kita terima dengan mengisi hidup kita dengan perbuatan baik dan mengembakannya serta menuntun diri maju dalam Buddha Dhamma, agar pada kelahiran mendatang kita tetap berada pada kondisi baik dan berbahagia, bahkan lebih baik dari sekarang.
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA


Salam Metta,
Jayanto Wahyu Leman
Penulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar